Rezeki adalah perkara yang sudah Allah ﷻ jamin untuk setiap hambanya, dan suatu perkara yang tak perlu dikhawatirkan.
Lantas, bukan pula diam menunggu rezeki itu datang, namun kita juga harus berikhtiar sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah ﷻ.
Salah satu ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah dengan bekerja.
Rasulullah ﷺ bersabda: Siapa saja yang mencari dunia dengan cara yang halal, tidak meminta², bertanggung jawab atas keluarganya dan berderma kepada tetangganya, maka ia akan menjumpai Allah ﷻ dengan wajah yang bersinar layaknya bulan purnama.
Allah ﷻ tidak menyukai orang yang bergantung dengan orang lain dengan cara meminta² dan tidak mau berusaha, maka menunjukan ia tak yakin dengan bagian yang ditetapkan Allah ﷻ.
Para Nabi juga memiliki berbagai pekerjaan, diantarnya:
1. Nabi Adam sebagai pembajak sawah.
2. Nabi Idris sebagai penjahit.
3. Nabi Nuh dan Nabi Zakaria sebagai tukang kayu.
4. Nabi Daud sebagai pembuat baju besi.
5. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ berdagang dan mengembala kambing.
Meskipun pekerjaannya terlihat remeh, tidak sedikitpun menjadi aib selagi tidak ada hal yang Allah ﷻ haramkan di dalamnya.
Tidak ada sesuatu yang paling mulia dari seseorang yang makan hasil jerih payahnya sendiri dan ketika dia memberi makan keluarganya darinya, maka Allah menghitungnya sebagai sedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
ألْمُسْلِمُ إِذَا أَنَفْقَ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا فَهِيَ لَهُ صَدَقَةٌ
Seorang muslim, jika memberikan nafkah kepada keluarganya dengan ikhlas, maka nafkah itu akan berpahala sedekah baginya.
Maka, bagaimana mungkin kita meminta rezeki kepadanya sedangkan kita melalaikan perintah dan larangannya?! Padahal, inti mencari nafkah itu mencari pahala dan ridha dari Allah ﷻ.
Semoga Allah ﷻ senantiasa mengaruniakan rezeki yang halal, baik, dan barakah dari sisinya, dan tak mengadzab kita sebab rejeki tersebut.
اللهم ارزقنا رزقاً واسعاً حلالاً طيباً مباركاً وأنت خير الرازقين برحمتك يا ارحم الراحمين.
Sumber : Ali Mas'ud
Editor : Surayanah
0 Comments