Ticker

6/recent/ticker-posts

Atas Nama Cinta Banser Way Panji Ikut Serta Jaga Pengamanan Bersama Pecalang

Semua agama mencintai kedamaian, dinegara indonesia ada banyak agama yang disahkan pemerintah untuk diberikan kewenangan dalam beribadah sesuai kepercayaan masing-masing, bisa jadi dalam wilayah kita kumpul beberapa saudara kita mempunyai keyakinan berbeda, namun tetap saja mereka adalah saudara sebangsa hal itu terjadi di wilayah kami ucap M Anas ketua tanfidiyah way panji. (13/3).

Agar saudara kita Umat Hindu tenang saat melaksanakan ibadah menjelang hari raya nyepi, sudah sepatutnya banser kita di wilayah kecamatan way panji kabupaten lampung selatan untuk memberikan kenyamanan, ketenteraman kepada semua tetangga, baik saudara muslim maupun saudara non muslim atau umat hindu dikala melakukan ibadah, membantu pengamanan ungkap Ketua Tanfidiyah MWC. NU Way Panji Ustad M. Anas S.Pd.I. (13/3).

Banser way panji lampung selatan beserta pecalang dalam pengamanan menjelang hari raya nyepi umat hindu.


Sudah selazimnya Muslim mencintai negaranya. Sebagaimana para nabi juga mendoakan (mentirakati) tanah kelahirannya. Kita bukan mencintai agama selain islam, bukan pula sebab mencintai mereka, namun kita mencintai atas nama kemanusiaan, kita mencintai keutuhan negara kita, bukan pula kita membenarkan agama mereka dan pemeluknya, namun kita mencintai atas nama NKRI.


Dalam kitab Shahihnya, di bab “Hadiah untuk orang-orang musyrik”, Imam Al Bukhari mengutip ayat QS. Al Mumtahanah (8):


لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ


Dalam ayat ini, Allah secara jelas tidak melarang kita sebagai umat Islam untuk berbuat baik terhadap orang-orang kafir yang tidak memerangi kita dalam urusan agama dan tidak pula mengusir kita dari kampung halaman.


Dalam syarahnya, Al Imam Al Hafidz Ibn Hajar Al Asqalani menambahkan ayat lain yang memiliki kandungan mirip, yaitu QS. Al Mujadalah (22):


وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖ


Hanya saja beliau memberi catatan bahwa berbuat kebajikan (al birr), menjalin hubungan (ash shilah), dan berlaku baik (al ihsan) kepada mereka tidak serta merta harus dibarengi dengan rasa saling mencintai (at tahabub) atau saling berkasih sayang (at tawadud). Karena tahabub dan tawadud kepada mereka merupakan perkara yang dilarang sebagai termaktub dalam QS. QS. Al Mujadalah (22):


لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ يُوَاۤدُّوْنَ مَنْ حَاۤدَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَوْ كَانُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ اَوْ اَبْنَاۤءَهُمْ اَوْ اِخْوَانَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْۗ


Ayat ini berlaku umum baik kepada mereka yang memerangi umat Islam maupun yang tidak (Fath Al Bari, 6/3230). Wallahu a’lam bishowab. Tutup anas. (13/3).


Penulis :  Aly Mas'ud 
Editor : Diding Kadir


By. Suport :
      Klik👉 : Mubina Tour Umroh Jl. Melati
            👉 : Nusantara Loundry jl. Melati 43 


Post a Comment

0 Comments